Hari kedua di Lombok, tak ada
acara jalan-jalan. Saudara kakak ipar saya hari ini ada acara. mengkhitankan
anak yang ke-2. Saya dan kakak ipar saya pagi-pagi sudah sibuk membantu para
warga yang ramai-ramai membantu yang empunya hajat. Salah satu tradisi yang
masih kuat di Lomnok adalah banjaran. Istilahnya di jawa gotong royong. Barang
siapa yang punya hajat besar pasti akan dibantu beramai-ramai oleh
tetanga-tetangganya tanpa meminta bantuan terlebih dahulu.
Hampir satu RW setiap KK
mewakilkan 2 orang untuk membantu masak ataupun beberes hal-hal yang perlu
dibereskan. Yang tua dan yang muda semuanya bekeja sama dan saling pengertian
untuk menolong satu sama lain. Laki-laki bertugas memotong kambing sampai siap
untuk dimasak oleh para wanita. Dan yang wanita memasak berbagai macam makanan
besar dan kecil untuk dihidangkan malam harinya.
Satu hal pemandangan yang berbeda
di sana adalah dalam hal memotong kambing, Jika di kampung saya kambing yang
sudah dipotong akan digantung kakinya untuk dikuliti. Di Lombok bukan kakinya
yang digantung melainkan kepalanya hehehe.. aneh g si…
Awas Low Gua Tendang,,, Hahahah |
Kemudian ketika saya bersama
mereka membersihkan dan memotong daging kambing dialog kami sangat lucu dan
kadang tidak nyambung. Rata-rata mereka belum bisa berbahasa Lombok. Bahasa
sasak atau asli suku Lombok mereka sangat asing di telinga saya. Saya hanya
tertawa saja mendengar bahasa-bahasa yang aneh itu.
Rame-rame motonginya... |
Malamnya acara dimulai. Warga
ramai-ramai berdatangan untuk member doa dan selamat kepada yang empunya hajat.
Banyak sekali yang dating. Acara doa sama dengan di jawa yaitu tahlil. Selesai
acara makanan dihidangkan. Uniknya makanan besar tidak dihidangkan dalam satu
piring per orang melainkan satu tampih/nampan besar per 5 orang. Jadi mereka guyub
makan bareng-bareng berlima dengan lauk yang sudah disediakan banyak sekali.
Luar biasa semangat kebersamaannya.
Senang sekali bisa melihat
kekeluargaan yang begitu kental di masyarakat sasak Lombok. Mungkin jika
dibayangkan kekeluargaan itu ada di jawa beberapa puluh dan ratusan tahun yang
lalu, termasuk di Betawi. Tapi sekarang suku betawai sudah di jajah orang jawa
yang sok metropolis di “rumah/tanah” orang. Mereka sombong dan gila harta tanpa
mempedulikan tuan rumah. Begitu juga tuan rumahnya yang gila duit dengan
ngejual tanah waris seenaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar