Selasa, 22 April 2014

PPL#2 : Ramenya Tradisi Banjaran..

Hari kedua di Lombok, tak ada acara jalan-jalan. Saudara kakak ipar saya hari ini ada acara. mengkhitankan anak yang ke-2. Saya dan kakak ipar saya pagi-pagi sudah sibuk membantu para warga yang ramai-ramai membantu yang empunya hajat. Salah satu tradisi yang masih kuat di Lomnok adalah banjaran. Istilahnya di jawa gotong royong. Barang siapa yang punya hajat besar pasti akan dibantu beramai-ramai oleh tetanga-tetangganya tanpa meminta bantuan terlebih dahulu.
Hampir satu RW setiap KK mewakilkan 2 orang untuk membantu masak ataupun beberes hal-hal yang perlu dibereskan. Yang tua dan yang muda semuanya bekeja sama dan saling pengertian untuk menolong satu sama lain. Laki-laki bertugas memotong kambing sampai siap untuk dimasak oleh para wanita. Dan yang wanita memasak berbagai macam makanan besar dan kecil untuk dihidangkan malam harinya.

Satu hal pemandangan yang berbeda di sana adalah dalam hal memotong kambing, Jika di kampung saya kambing yang sudah dipotong akan digantung kakinya untuk dikuliti. Di Lombok bukan kakinya yang digantung melainkan kepalanya hehehe.. aneh g si…
Awas Low Gua Tendang,,, Hahahah

Kemudian ketika saya bersama mereka membersihkan dan memotong daging kambing dialog kami sangat lucu dan kadang tidak nyambung. Rata-rata mereka belum bisa berbahasa Lombok. Bahasa sasak atau asli suku Lombok mereka sangat asing di telinga saya. Saya hanya tertawa saja mendengar bahasa-bahasa yang aneh itu.
Rame-rame motonginya...
Malamnya acara dimulai. Warga ramai-ramai berdatangan untuk member doa dan selamat kepada yang empunya hajat. Banyak sekali yang dating. Acara doa sama dengan di jawa yaitu tahlil. Selesai acara makanan dihidangkan. Uniknya makanan besar tidak dihidangkan dalam satu piring per orang melainkan satu tampih/nampan besar per 5 orang. Jadi mereka guyub makan bareng-bareng berlima dengan lauk yang sudah disediakan banyak sekali. Luar biasa semangat kebersamaannya.


Senang sekali bisa melihat kekeluargaan yang begitu kental di masyarakat sasak Lombok. Mungkin jika dibayangkan kekeluargaan itu ada di jawa beberapa puluh dan ratusan tahun yang lalu, termasuk di Betawi. Tapi sekarang suku betawai sudah di jajah orang jawa yang sok metropolis di “rumah/tanah” orang. Mereka sombong dan gila harta tanpa mempedulikan tuan rumah. Begitu juga tuan rumahnya yang gila duit dengan ngejual tanah waris seenaknya.

Kesenjanganlah yang terjadi di sini. Tuan rumah pada minggir entah kemana, sedangkan golongan kapitalis semakin memperluas wilayah kekuasaan tanahnya dengan membangun perumahan bermegah-megah layaknya tanda mau kiamat…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar