Kamis, 20 Februari 2014

Wajar jika Kita Malas Bayar Pajak


Melihat maraknya korupsi di negeri ini yang buat jenuh rakyatnya, saya ingin sedikit mengutarakan opini saya terutama terkait dengan penerimaan  Negara yang sebagian besar dibiayai dari uang rakyat yaitu Pajak.
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan Negara. Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat terakhir Tahun 2012 pajak memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar Rp.980T dari target penerimaan APBNP sebesar 1016T atau hanya mencapai 96% dari target. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/08/02005642/Penerimaan.Pajak.2012.Meleset.dari.Target). Sekalipun tidak tercapai 100% perlu diperhatikan bahwa sejak Negara ini berdiri Penyelenggaraan Pemerintahan Republik Indonesia disokong  kurang lebih 70% dari pajak.
Warga Indonesia termasuk rakyat yang paling banyak dipungut berbagai macam jenis pajak. Mari kita renungkan satu per satu,
a.   Jika kita bekerja atau melakukan usaha dan mendapat penghasilan dari manapun, setiap bulannya akan dipotong atau harus menyetor pajak sesuai dengan ketentuan, ini namanya Pajak Penghasilan/PPh dipungut oleh Pemerintah Pusat.
b.   Jika kita membeli barang atau menggunakan jasa kita bayar lagi yang namanya Pajak Pertambahan Nilai/PPN dan PPnBM jika termasuk barang mewah, semuanya dipungut oleh Pemerintah Pusat.
c.      Jika kita membeli/memiliki rumah baik beli atau menggunakannya maka akan dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan serta BPHTB, sebelumnya dipungut Pemetintah Pusat, mulai 2014 dipungut oleh Pemda di seluruh wilayah di Indonesia
d.      Jika kita membuat suatu perjanjian dan memiliki nilai uang atau sangat berharga, untuk menguatkannya kita harus bayar pajak namanya Bea Meterai yang berupa kertas tempel seperti perangko, ini juga bagian penerimaan dari Pemerintah Pusat.
e.    Jika kita  punya kendaaraan bermotor baik sepeda motor, mobil dsb, maka setiap tahun kita harus ngurus pajak kendaraan bermotor ke Samsat di daerah masing-masing. Ini Pajak Provinsi
f.    Jika kita tinggal di hotel atau makan di restoran maka jumlah yang kita bayarkan sebenarnya ada unsure pajaknya, yang dinamakan pajak hotel dan restoran. Pemda juga yang menikmati penerimaan pajak ini.
g.       Jika kita pasang iklan/reklame di jalan-jalan maka akan dikenakan pajak reklame oleh Pemda
h.    Jika kita usaha penggalian pasir atau mineral dan air, selain dikenakan PPh Pusat kita juga akan dikenakan pajak tambang di daerahnya.

Bisa kita lihat bahwa tinggal di Negara Indonesia, warganya minimal dipungut 4 macam jenis pajak. Coba bayangkan apabila seseorang melakukan semua aktivitas di atas, maka kontribusi dia ke Negara sangat banyak sekali.

Membayar iuran atau pajak memang suatu hal yang wajar dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Contoh kecil saja jika kita membayangkan di bangku kelas SD dulu ada bendahara yang memungut iuran kas setiap bulannya demi kelancaran kelas. Begitu juga Negara ini butuh pendanaan atau kontribusi dari warganya untuk menyelenggarakan pemerintahan Republik Indonesia.

Sebagai  warga Negara yang baik yang sudah ikut berkontribusi menyumbang penerimaan Negara kita berhak mempertanyakan pertanggungjawaban dari setiap iuran yang kita berikan. Kita berhak menerima manfaat yang pantas dari penyelenggaraan Negara tersebut meskipun tidak secara langsung.
Manfaat yang kita harapkan tersebut adalah dalam bentuk pendidikan yang layak, sarana dan prasarana yang baik (jalan, fasilitas umum), pelayanan kesehatan, dan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Semua manfaat tersebut adalah efek dari pembayaran pajak oleh masyarakat. Uang dari rakyat dikelola dan dikembalikan lagi untuk kepentingan rakyat yang lebih banyak. Umpama kata orang kaya bayar pajak untuk membantu Negara mensejahterakan rakyat yang belum mampu/miskin.

Tapi.. apa yang terjadi???

Katanya bayar pajak buat rakyat namun uang pajak dikorupsi pegawai pajak sebelum masuk rekening Negara (Kasus Gayus dll)

Katanya pajak buat pendidikan, tapi nyatanya banya sekali pengadaan barang dan jasa di dunia pendidikan yang disunat dananya. Dana BOS yang menjadi harapan rakyat hanya mensejahterakan oknum di bidang pendidikan. Masih banyak terjadi kesenjangan pendidikan, yang kaya bisa masuk universitas dengan mudah yang tidak mampu hanya bisa bengong meratapi nasib

Katanya pajak buat kesehatan, tapi akhir-akhir ini kita dihidangkan berita korupsi pengadaan alat kesehatan di suatu daerhah di Pualu Jawa, belum lagi dana BPJS yang membuat pelayannan kesehatan semakin sulit serta kekurangan gizi masih terjadi di daerah-daerah terpencil

Katanya pajak buat jalan dan sarana umum, tapi kita lihat jalan Pantura/Daendeles setiap tahunnya rusak parah, pembangunan hanya diadakan setiap menjelang lebaran dan itupun sudah teindikasi korupsi oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Sarana transportasi yang dikelola pemerintah  tidak ada yang beres.

Katanya Pajak buat mensejahterakan rakyatnya.. tapi faktanya yang sejahtera hanya golongan-golongan tertentu saja. Siapa mereka? Mereka adalah pejabat yang korup dan kroni-kroninya. Kroninya ini adalah pengusaha-pengusaha yang menjilat para pejabat untuk mendapatkan proyek yang menggiurkan dan dananya banyak dikorupsi (Contoh nyata Proyek Hambalang)

Jadi buat apa kita bayar pajak jika pihak yang kita amanahkan untuk mengelola uang kita malah menyalahgunakannya. Kita yang sudah bayar pajak dengan taat pasti tidak rela melihat uang kita mengalir dalam aliran darah mereka para pejabat dan oknum yang korup

Fenomena korupsi yang meraja lela di negeri ini membuat kita ngeri melihatnya. Seakan-akan tidak ada yang bisa kita harapkan lagi dari pembayaran pajak kita. Seakan-akan hasil jeri payah kita dipungut hanya untuk mengisi perut golongan tertentu saja. Sangat dholim pemerintahan ini. Jika mereka terus melakukan itu saya yakin negri ini tidak akan berkah tidak akan sejahtera apalagi menjadi Macan Asia. Hahaha… Omong Kosong bayar pajak untuk kepentingan rakyat!!!

Jumat, 14 Februari 2014

Pesona Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat "PPL#1 : Bau Nyale"


Sekitar 2 tahun yang lalu mimpi saya pergi ke Lombok bersama Ibu saya terwujud. Tanggal 12 Februari 2012 tepatnya saya menginjakkan kaki di Pulau Luar Jawa untuk pertama kalinya. Bersama ibu saya karena niat kami adalah silaturahim ke kakak tertua saya yang bekerja sebagai guru SD di Lombok. Alhamdulillah perjalanan selama 2 jam di udara lancar aman dengan penerbangan yang nyaman.

Saat itu hari munggu, pukul 15.00 saya sampai di Bandar Udara Internasional Lombok, yang saat itu belum lama diresmikan. Kakak saya sudah siap menjemput kami bersama suami dan kedua anaknya. Ibu terlihat senang bahagia bertemu kakak tertua saya, mereka saling berangkulan seperti lama tak berjumpa. Terakhir bertemu adalah Juli 2011 ketika kakak saya ke Jawa untuk mendaftarkan anaknya kuliah di Semarang.



Tak disangka dan tak dinyana, tanpa pengetahuan dan kesengajaan ternyata saya datang pada saat yang tepat. Saat Lombok merayakan upacara yang diselenggarakan hanya Sekali dalam setahun. Hari Senin, 13 Februari 2012 adalah puncak perayaan Bau Nyale. Beristirahat sebentar di rumah kakak, sekitar jam 9 malam kami berangkat sekeluarga menggunakan pick up milik kakak ipar saya bersama sopir pribadinya.
Apa itu Bau Nyale??

Bau Nyale adalah upacara adat tradisional suku Pajut di Lombok Tengah yang dikisahkan dari cerita rakyat Putri Mandalika Kisah lengkapnya dapat dilihat di sini. Intinya acara tersebut adalah menangkap Nyale (cacing warna-warni) agar kehidupan mereka diberkahi dan diberikan panjang umur.

Saya tidak akan bercerita banyak tentang Bau Nyale sendiri karena sudah banyak tulisan tentang itu. Saya akan bercerita bagaimana serunya perjalanan saya menuju tempat Bau Nyale itu. Malam itu pukul 9.00 kami berangkat dengan maksud jam 12 sampai di Pantai Seger Kuta, tempat Bau Nyale diselenggarakan. Mobil Pick Up yang kami naiki ini termasuk sudah berumur. Di tengah perjalanan kami yang sudah lengkap dengan perlengkapan di atas Pick Up tiba-tiba terhenti karena mesin mobil mati. Pak Supir mengecek mesin ternyata ada kabel yang terputus dan ada onderdil yang rusak. Sayang sekali Kakak ipar saya tidak membawa perlengkapan untuk mengganti onderdil yang rusak tersebut.

Rombonga Pick Up Tua

Saat itu kondisi gelap gulita di tengah jalan yang sepi. Hanya bulan purnama yang terlihat di atas awan. Sesekali ada rombongan dari desa lain yang lewat menuju daerah yang sama. Sampai akhirnya ada rombongan desa sebelah menggunakan truck yang besar. Kakak ipar saya akhirnya menaikkan kami ke truck tersebut dan membawa mobil pick up nya untuk ditiipkan ke rumah warga di sekitar tempat itu. Seru di dalam truck mereka menyambut kami dengan baik meskipun kami tidak saling mengenal.

Bergabung Rombongan truck Besar

Tiba di pantai kami segera menggelar tikar untuk alas tidur kami. Begitu juga ibu saya yang sudah berumur 60 tahun ikut tidur di ruang terbuka sambil menatap rembulan dan bintang di awan gelap. Kami tidak takut masuk angin malahan senang luar biasa karena bisa merasakan suasana malam yang rame dengan pesta rakyat dan warga berhamburan di pantai menunggu waktu Subuh.

Sholat Subuh di Pantai

Sunrise Pantai Seger Kuta Lombok

Berduyun-duyun Mencari Nyale

Waktu subuh tiba saatnya mencari Nyale. Ya Nyale biasanya muncul di pagi hari menjelang matahari terbit. Masayarakat berduyun-duyun pergi ke bibir pantai untuk mencari Nyale. Ada yang dapat banyak ada pula yang hanya mendapat segenggam tangan termasuk seperti saya ini. Nyale ini munculnya juga aneh hanya seminggu dalam setahun. Makanya warga mengira Nyale atau cacing ini adalah keturunan dari Putri Mandalika yang diwariskan kepada masyarakat Lombok untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Bagaimana tidak sejahtera dengan acara ini Lombok menjadi semakin terkenal di mata para wisatawan baik lokal maupun asing.
Selesai mencari Nyale kami pulang bersama rombongan semalam. Sangat meriah sekali kondisi jalanan, rame macet beribu-ribu orang memadati jalanan. Pemandangan yang luar biasah, pesta rakyat yang sangat meriah memberikan pesona Lombok semakin wah bagi para wisatawan. Nyale yang kami cari akhirnya kami masak di rumah dan dijadikan makanan yang hmmm lumayan lezat bagi yang doyan.. hehehhe.. ini hari pertama saya di Lombok…

Penampakan Nyale

Nyale Buanyak banget

Pasukan Pencari Nyale.. (Tapi pulangnya G bawa apa apa.. hehe)

Perjalanan Pulang


Suasana Pasar di saat Pesta Nyale

Hari Kedua?? …….  #bersambung