Minggu, 24 Februari 2013

Perjalanan ke Barat Laut ---Mencari Eksotisme Sawarna-----

Sekitar dua bulan yang lalu, tapatnya libur panjang akhir tahun, saya bersama rombongan darksinaga (Nama kos teman-teman saya di Bintaro) memutuskan untuk pergi berlibur ke Pantai Sawarna, Banten. Tanpa rencana sebelumnya, 3 hari sebelum berangkat saya baru dihubungi Mas Gun buat join liburan ini. Hehe karena libur panjang ini saya tidak pulang kampung, dan berharap bisa jalan-jalan, akhirnya saya putuskan ikut mereka. Terakhir pergi jalan-jalan adalah ke Lombok, jadi saatnya wat refreshing... :)

Saya belum pernah pergi ke Sawarna sebelumnya. Saya coba searching di Mbah Google. Kata orang-orang yang pernah ke sana si pantainya masih "perawan". Setelah saya temukan gambar-gambar di internet, rasanya tidak salah mereka berwisata ke Pantai di sebelah barat Pelabuhan Ratu ini. Pantai yang belum banyak dijamah orang, masih dikelola mandiri oleh warga sekitar ini sepertinya akan ramai dikunjungi pelancong yang akan merayakan tahun baru, oleh karenanya kami memutuskan untuk pergi ke sana di hari Jumat-Minggu, atau sehari sebelum tahun baru.

Pantai Sawarna ada di Provinsi Banten, tepatnya di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. Ada 3 objek pantai yang kami kunjungi di Sawarna, antara lain pantai Ciantir, pantai Tanjung Layar dan satu lagi yang masih sangat sepi dari pengunjung dibandingkan kedua pantai sebelumnya yaitu pantai Teluk Legon Pari. Pantai terakhir ombaknya paling besar. Keindahan ketiga pantai ini akan saya ceritakan di sepanjang perjalanan Sabtu-Minggu kami ini.

Bersembilan kami berangkat dari kampus STAN. Dengan menyewa minibus kami berjalan sekitar pukul 23.00 Jumat malam. Harapannya dengan perjalanan sekitar 5 jam, kami bisa sampai di sana sebelum Subuh. Sepanjang perjalanan sebagian besar dari kami terlelap dalam mimpi, begitu juga teman saya yang di sebelah Pak Sopir. Saya sendiri sesekali terlelap dan juga terjaga, karena ketika melewati daerah perbukitan merasa was-was dan khawatir jika Pak Sopir tidak ditemani. Jalannya cukup ekstrim, setelah Pelabuhan Ratu jalan menyempit dan naik turun bukit. Samping kanan kiri adalah pohon dan semak yang menutupi jurang dan tebing. Di tengah malam yang gelap gulita, tak sepantasnya Pak Sopir ditinggal menyetir tanpa ada yang menemani ngobrol atau sekedar mengawasi jalanan sekitar. Tapi sebenarnya tidak mengapa karena ternyata eh ternyata, Pak Sopir ini sudah sering bolak-balik rute ini.

Sampai di Sawarna sekitar 4.30, tak lama kami turun suara Adzan berkumandang. Di sana kami sudah ditunggu Kang Asep, pemilik homestay yang akan kami tinggali. Homestaynya tidak jauh dari Pantai Ciantir. Pantai pertama yang kami kunjungi di Sawarna. Dari homestay kami hanya berjarak sekitar 200-300 meter. Oh ya kami menyewa 2 kamar homestay untuk mengina 2 hari satu malam. Tarifnya ternyata tidak per kamar melainkan per orang. Setiap orangnya harus membayar Rp.140.000,- itu sudah dengan fasilitas makan sebanyak 3 kali. Harga tersebut termasuk murah, jika mau pesan kamar saja tanpa makan ada yang paling murah yaotu 50.000 per orang selama satu malam. Tapi jika diitung-itung lebih irit pakai fasilitas makan, selain murah kita tidak perlu repot-repot mencari makan di luar. Sebab sekali makan di luar paling murah kita makan 8 ribu rupiah.

Homestay dan Rombongan

Tidak ada jadwal dan encana agenda pagi ini. Awalnya ingin meliat surise, namun Pantai Ciantir ini ternyata mengarah ke barat, jadi lebih indah untuk melihat sunset daripada sunrise. Akhirnya kami putuskan untuk istirahat. Sekitar jam 8 kami bangun dan bersiap untuk memulai petualangan. Menjelajahi pantai di Sawarna. Kami menggunakan pemandu karena kami sama sekali tidak tahu tempat di sana. Kami memakai jasa Saiful (14 tahun) untuk mengantarkan kami keliling Sawarna seharian. Menurut dia selama sehari dengan arah atau rute yang ia pilihkan kita bisa mengunjungi 4 objek wisata sekaligus dengan trek jalan kaki yang lumayan jauh, 4 objek tersebut adalah Goa Lalay (Lalay=Kelelawar)-Pantai Teluk Legon Pari-Pantai Tanjung Layar-Pantai Ciantir-balik ke Homestay.

1. Goa Lalay.

kami tiba di Goa Lalay sekitar pukul 10.00, sekitar 50 menit berjalan kaki dari homestay kami. Sebelum sampai di Goa Lalay kita melewati jembatan gantung yang lebih besar dari pada jembatan di Ciantir, namun selepas dari jembatan gantung, suasana menjadi cukup seram karena di sekitar terdapat banyak makam lawas yang sudah tidak terawat. Goa ini terletak di bukit yang di atasnya tumbuh banyak pohon seperti hutan kecil. Namun ada satu pohon beringin yang menjulang paling tinggi di antara pohon lainnya yang semakin membuat suasana semakin mistis. Dinamakan Goa Lalay karena menurut cerita Saiful di dalamnya banyak Lalay (Kelelawar). Panjang Goa ini sekitar 500 meter, dengan pintu masuk dan keluar yang sama, jadi menurut saya sangat berbahaya untuk disusuri sampai ujung, Jika sewaktu-waktu ada bahaya seperti longsor atau banjir kita hanya punya satu pilihan jalan keluar. Di dalam Goa sangat gelap, kita harus bersiap membawa senter. Goa ini merupakan aliran sungai, jadi jika di musim hujan seperti ini air di dalam goa cukup dalam dan kita harus lebih berhati-hati. Tidak sampai 200 meter atau separuhnya kami memutuskan untuk kembali karena suasana yang cukup membahayakan. Sebelumya ada dua teman kami yang tidak berani masuk ke Goa karena gelapnya goa ini. Oh ya ternyata masuk Goanya tidak gratis. Kami harus bayar Rp. 2000. Bagi saya ini pengalaman pertama masuk ke goa. Menurut saya tidak ada rasa yang spesial, entah keindahan atau kengeriannya. Tapi saya nilai B untuk objek wisata ini karena baru bagi saya dan lumayan menantang kegelapannya.
Gelapnya Goa Lalay..

2. Pantai Teluk Legon Pari.

Selesai menikmati Goa Lalay, kami diajak Saiful pergi ke Pantai Teluk Legon Pari. Jaraknya dari Goa Lalay sangat jauh, saya tidak tahu tepatnya berapa kilometer. Tapi untuk sampai ke sana kurang lebih 1,5 jam dengan berjalan kaki. Kami harus menyeberang sungai, menyusuri ladang di sawah, melewati tebing sempit dan mendaki bukit. Kami harus berjalan dengan hati-hati, jika tidak kami bisa terpeleset di mana saja seperti kedua teman saya. Mereka terpeleset di sawah dan ada yang sandalnya jatuh dari tebing. Saya sendiri hampir terpeleset di jalan sempit dan licin. Perjalanan melelahkan kami ini sangat seru, kami begitu menikmatinya sekalipun jaraknya sangat jauh. Capek dan lelah tidak begitu terasa dengan hadirnya kebersamaan dan keharmonisan kami. Canda gurau dan tawa membius rasa lelah kami. Sekitar pukul 12.00 kami menyudahi perjalanan panjang ini. Kelelahan kami terbayar dengan keindahan Pantai Teluk Legon Pari ini. Di balik kebun pisang dan pohon kelapa terdengar ombak pantai yang begitu menggoda kami untuk segera bermain-main di pantai yang masih belum dikelola ini (Tidak ada pedagang atau instalasi kamar mandi). Benar sekali sampai di pantai ini kami melepas kelalahan dengan berenang di laut. Bersenang-senang dengan menantang ombak besar. Sesekali kami enjerit tertawa menikmati besarya arus ombak yang menggulung kami. Seru sangat seru,, sampai kami lupa kami menikmati pantai ini hampir 2 jam. Gila benar-benar ombak ini membuat kami mabuk.. mabuk menikmatinya.. Padahal kami belum makan siaaaaang... Luar biasa.
Ati-ati kang mas,,

Medannya licin mas bro

Semoga ditrima... Apanya?

Loncat Ombak

3. Pantai Tanjung Layar

Mengapa disebut Tanjung Layar?, Sebab Pantai ini merupakan daratan yang menjorok ke laut dan ada 2 batu karang yang menyerupai layar kapal nelayang. Jarak dari Pantai Teluk Legon Pari sekitar 5-7 km. Kami bersembilan, dengan baju basah dan sisa-sisa tenaga yang ada berjalan menyusuri pinggir pantai. Di bawah terik matahari siang kami masih semangat melanjutka perjalanan. Sesekali rame-rame berfoto jika ada spot menarik. sesekali juga duduk beristirahat. Tepat selepas Adzan Ashar, kami tiba di Pantai Tanjung Layar. Berbeda dengan Pantai Teluk Legon Pari, pantai ini banyak karangnya. Ombaknya juga tidak terlalu besar. Dengan banyaknya karang ini banyak para fotografer yang memanfaatkannya untuk mengabadikan keindahan alam Sawarana. Tidak berlama lama kami di pantai ini, kami langsung melanjutkan perjalanan pulang ke Pantai Ciantir.
Modelnya Foto-Foto dulu

Ini Layarnya...

4. Pantai Ciantir.

Merupakan pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Bibir pantainya memanjang panjang sekali (lebih dari 3km). Banyak pedagang di sini. Pantai ini juga sering dipakai pelancong bule untuk latihan selancar. Ombaknya lumayan besar, Anda harus berhati-hati jika membawa anak kecil. Banyak terpampang papan peringatan di sini. Di pantai ini kat warga sangat tepat untuk melihat keindahan sunset. Namun sayang sekali kami melewatkannya. Setelah perjalanan yang cukup melelahkan seharian ini, kami terjebak dalam lelapnya tidur. Tidak ada satupun dari kami yang bangun untuk melihat sunset. Sungguh merasa rugi melewatkan keindahannya yang sudah banyak saya lihat foto-fotonya di Internet. Tapi tak mengapa, akhirnya kami menikmati pantai ini di malam hari dengan berfoto ria menggunakan DSLR milik Bang Robin. Menghabiskan dingginnya pantai di malam hari membuat kami lapar dan akhirnya pesan mie rebus dan teh hangat. Sampe jam 12 kami pulang dan bristirahat.
Foto-Foto di Ciantir malam-malam

Selesai menikmati perjalanan seharian penuh, kami tidur nyenyak sekali. Paginya kami berencana pulang lebih awal karena ada rencana mampir ke pemandian air panas Cisalak (searah perjalanan pulang). Namun rencana tinggal rencana. Ada musibah yang membuat kami kesal pagi itu. Kami terlambat pulang gara-gara Minibus kami tidak bisa keluar dari tempat parkir mobil. Ada mobil yang menutupi parkir kami dan apesnya orang yang punya mobil tersebut tidak kami ketahui dimana waktu itu. Minnggu pagi sangat ramai sekalai, para wisatawan yang mau merayakan tahun baru berdatangan pagi itu. Kami meminta Kang Asep mencarikan pemilik mobil tersebut. Lama menunggu akhirnya ada 3 dari kami yang berinisiatif mencari sendiri. Hampir 2 jam kami menunggu, ada yang sudah tak sabar dan ingin marah-marah, Akhirnya menjelang dhuhur kami menemukannya. Rasa kesal dan capek membuat kami ingin mencaci orang itu, tapi syukurlah kami bisa menahannya. Mungkin ini salah satu hambatan perjalanan kami. Kami pikir masih lebih beruntung daripada ada hambatan lain yang lebih buruk, mengingat perjalanan pulang masih panjang.
Sekalipun kesel tetep senyum Mas Bro

Sekalipun terhambat, kami memutuskan tetap mampir di pemandian air panas Cisalak. Ada dua tempat pemandian di sini, air hangat dan air panas beneran, Di air hangat kami berani berendam, tapi di air panas kami "wani-wani pitek" bahasa jawanya takut. Berendam sekitar setengah jam kami akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang kami sempatkan mencari durian. Rasanya kurang pas kalo udah jalan bareng-bareng tapi ga belah duren bareng-bareng. Mengikuti saran dari Pak Sopir kami makan drian bukan di tempat wisata karena cenderung mahal. Kami memilih di emperan jalan yang jualan sewaktu-waktu, karena mereka hanya menjual buah yang mereka temukan atau petik dari kebunnya secara langsung. Rata-rata 25 ribu per buahnya, dan itu rasanya sudah termasuk lezat..

Alhamdulillah, Minggu 30 Desember 2012 pukul 21.30 kami tiba di kampus STAN. Perjalanan yang cukup menyenangkan bersama mereka..

Foto by: Muqorobin

Senin, 11 Februari 2013

Gowes to Memorize My College

My Bike and My STAN
One of My Favourite Hobby is Gowes... You know gowes is riding bycicle. Since I was child I like to ride my bike. First time I have a bike is when my Father bought me a little MTB (Mountain Bike) which is Subaru. He bought it when I was in 6th class Elementary School. Hehe.. by the way before Subaru I also already have more simple bike, yes it is a bike with three wheels. It was for Children Only...

After Subaru I didn't have any bycicle again. I just used my mother's and My brother's. It was no problem because their's were still fine. I used them to go to my school, SMP Negeri 1 Sragi, Pekalongan. It was 12-15 years old when I was Junior High School. I was very enjoy to ride them with many my friends. You know that evereday I should ride my bike almost 10km. It was difficult when Rainy Season came. The highway was always flood. I must walk with my bike.

I remember when I was Senor High School, I had a promise that if I graduate, I would to ride my bike from Pekalongan to Kalijambe, may be it is about 25-30 km. And that's right, at 27th May, I did it. First time I ride my bike in long distance. Sure, I didn't believe that I can do it. I can because I'm very interesting in riding bycicle. When i was a magangers at KPP Pratama Pekalongan, I also did'nt forget to ride ny brother;s bike every weekend. At Monday I was always with my friends, Gowes surrounding Pekalongan, also I went to Widuri beach in Pemalang, it is about 35km from my house.

Now I work at Jakarta city. Sure here is the Megapolitan City which consists of many different people from Nusantara. I'm glad with this city because residents's awarness with their health is very good. Every monday there is Car Freeday (CFD) along Jl. Jenderal Sudirman to Monas. Many people ride their bicycle, jogging, or only take a walk. We enjoys together this day to refresh from stress after working for one week.

Yesterday I didin't ride my bike at CFD, but I decided to gowes more farther. Gowes to STAN. Yes, STAN was my College. I studied there for Three years to get Diploma. There I got many wonderfull experience, not just the lessons, but learned about this life. I was graduate at 2009. From this school I've been ready prepared to work at Financial Ministry, especially Directorate General of Taxation (DGT). Yeah,  because now I have bicycle better, I tried to recall my mind about STAN. Enjoy this weekend by riding there.
Oskar Suryaatmadja Building (for Spes. Taxation at STAN)

Started at 6.45 a.m, I took Kebayoran Lama-Cipulir-Ulujami-Bintaro route. It was about 15km and I finished it about 53 minutes. There was many chalanges all the way. From through the rise, got air polution, untill side by side with Metromini or Kopaja. But it was no problem, I run my bike faster and faster. It was great, I got my college have been better now. Surrounding of College had been changed extreamly. There are many  trees, clean park, anda good building. I went to My building, Oskar Suryaatmadja. And I was surprise because It has been more better than I was here 6 years ago. I'm glad, now it is more viewable than before.
Were Renovated
Lake besaide Oskar Suryaatmadja Bulding
Way to Learn Taxation

After took some picture there, I took my breakfast, and cameback to Kebalen (my boarding house) with different route. I took Bintaro-Tanah Kusir-Gandaria-Senayan route. It was shorter than Kebayoran Lama route. My be about 13km and I ride about 50 minutes. But the chalanges was not different, Air POLUTION and the Sun light. So I wore my mandset and masker. Last I rest in my boarding house at 11.am. Nice riding....
CD building Park, place for meeting

Xtrada 3.0, Rp.1.500.000,00 :P

Minggu, 10 Februari 2013

Enjoy Festival Durian Pekalongan

This Saturday, I can't go home to the Pekalongan because a problem should I finished. My STNK of Honda Astrea was lost last Thursday, when I went to the UKP4 office at Jalan Veteran III Jakarta Pusat. Tomorrow, Sunday 10th February 2013 is one important day for Pekalongan Residents, especially Residents of Lolong Village. There will be held an anually event to celebrate harvest month of Durian Fruite.

Yes, Lolong is a village in Pekalongan District exactly at Karanganyar Subdistrict. It's about 20 kilometres from Pantura Pekalongan highways to south. This village still has pure air, fresh water, and much trees along the way. It's not long from my house, may be about 10-15 minutes if we use motorcycle. Almost Lolong residents are farmer, especially they have many Durian orchads. Average of the Durian orchads are about 5-10 hectares every partriarch. Usually at November to Maret they are very happy because the harvest month of Durian comes.

Durian of Lolong is very delicious. It is famous for Pekalongan residents and surrounding. People from other region come to enjoy this fruit. If you enjoy Durian Lolong, you will not disappoint with it's taste. To promote this fruite from Lolong, Pekalongan Goverment district hold an anually event since 2010. It is Festival Durian Lolong. This event consists of praying, enjoying dangdut music, and eating Durian together. Just pay about Rp.30.000,00 you can eat all durian as you want. At 2010, I went with eleven  friends. We went by motorcycle and enjoyed durian together untill evening. I estimated that thre were aproximatly 600 hundred people visited this event. It was very exciting.

The event was succesfull, so Goverment dicided to hold this event anually untill this year. Different with bfore, this year the event will be held not just one day, but one week form 3yh to 10th February 2013. Wonderfull!!! Mr. Amat Antono will open this event directly. Everyday you will be diserved more than one items event, Bazaar, performing arts, music contests, and manya kinds of competitions will be held on this Festival. Now you must pay about Rp.60.0000,00 for enjoying.

It just the information can I give. As Pekalongan residents it's pity that I can't contibute at this event like three years ago. As durian lovers I'm very disappointed can't to go there. For you who are near from Pekalongan, don't let this event. Ebjoy and make it fun for you and your family or friends. Look the bellow pictures.. I'm sure you are very interesting... :P